Sabtu, 21 Mei 2011

Wisata Waduk Sangiran

Wisata Waduk Sangiran Kalian pasti pernah mendengar ataupun pernah mengunjungi tempat wisata yang berada di Ngawi. ada banyak tempat wisata di kawasan Ngawi, salah satunya adalah Waduk Sangiran. Waduk Sangiran merupakan bendungan air yang digunakan untuk tempat penampungan air. Wisata waduk sangiran terletak agak masuk ke dalam pedesaan, meski demikian banyak sekali pengunjung yang mendatangi Waduk Sangiran Tersebut.




Kota Ngawi terletak diperbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, tepat berada di jalur strategis segi empat yang menghubungkan Jakarta, Bandung - Solo, Jogja, Semarang - Madiun – Tuban, Bojonegoro – Surabaya, Malang. Terletak di jalur ini, menyebabkan Ngawi sebagai salah satu jalur transportasi padat di Jawa Timur. Dari hal itu pula lah berkembang berbagai bisnis yang menjanjikan di Ngawi, mulai dari restoran-restoran skala besar, hotel, penginapan, komunikasi, transportasi, perdagangan, pertanian, dll.

Ngawi juga memiliki kawasan wisata buatan yang lain seperti Waduk Pondok, dan Pemandian Tawun. Waduk sangiran dan waduk pondok kurang lebih identik, sebuah bendungan yang sengaja dibangun untuk keperluan pengairan persawahan. Di kedua waduk tersebut Anda dapat menikmati mendayung dengan perahu kecil, memancing, atau sekedar beristirahat di gazebu-gazebu yang sengaja dibuat di sekitar Waduk. Pemandian Tawun terletak kurang lebih 10 km dari kota Ngawi. Sebelumnya pemandian Tawun.


Merupakan sebuah sendang yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk melakukan ritual kedesaan. Namun karena terdapat sumber air yang mengalir terus-menerus, maka dibuatlah pemandian itu. Di pemandian Tawun sendiri terdapat kolam renang, baik kolam renang dewasa yang berstandar nasional maupun kolam renang untuk anak kecil. Selain kitu terdapat pula gazebu-gazebu, kolam Bulus (kura-kura sungai), kolam ikan, hotel, sendang dan play ground. Sendang tawun merupakan sendang yang unik. Sering dilakukan penelusuran di sumber air sendang itu untuk mngetahui dimana pangkal sumber air itu berada. Namun sampai sekarang belum ada yang berhasil menemukan ujung dari sumber air tersebut.


Kita bisa mendapatkan Pemandangan yang indah disaat pagi hari, suasananya sangat nyaman dan menyenangkan. Udara yang segar masih bisa kita dapatkan disana. Serasa hidup dipegunungan kalau kita mendatangi tempat itu. Beberapa koleksi foto di waduk sangiran disaat pagi hari saya dapat dari sahabat saya karena saya sendiri tidak ikut pada saat itu (heee...)

Senin, 02 Mei 2011

Kritik Terhadap Pendidikan Indonesia

Kritik Terhadap Pendidikan Indonesia – Banyak artikel, journal ataupun makalah yang telah membahas bagaimana pendidikan dan perkembangan pendidikan di Indonesia. Tapi tidak banyak dari tulisan tersebut yang secara tegas mengatakan akan bagaimanakah nasib pendidikan itu sendiri. Klaim kebenaran atas perspektif pendidikan Indonesia selama ini masih mengacu kepada teori-teori dan pengalaman yang mereka dapatkan ketika bersekolah di luar negeri (maklum para pemegang kebijakan pendidikan kita sangat banyak yang sudah bersekolah ke luar negeri dan menempati posisi strategis). Akibatnya, pendidikan kita jarang yang mengadopsi budaya-budaya lokal. Kita buta sejarah dan buta terhadap nilai-nilai budaya bangsa.

Sesuatu yang tidak laku lagi di dunia barat (luar negeri) seperti MBS yang pernah diterapkan oleh Amerika dan ternyata Amerika sendiri mengalami kekacauan yang luar biasa dengan paradigma pendidikan yang mereka kembangkan, begitu juga Jepang. Tapi, apa yang bisa kita katakan untuk hal ini? Masyarakat kita (terutama para ahli pendidikan) sudah terlanjur membanggakan produk yang aneh-aneh, sebagai pengganti ketidakmampuan mereka dalam menggali nilai-nilai budaya bangsanya sendiri. Padahal, semua kita memahami bahwa tidak ada kebenaran mutlak dalam sebuah teori atau konsep, karena proses selalu ada dan terus mengalir seperti air.

Maka, untuk lima, sepuluh atau dua puluh tahun yang akan datang, pendidikan kita belum bisa menjadikan kita mandiri dan dihargai/dihormati oleh negara lain. So, pasti karena pendidikan kita lebih banyak menganut sistem proyek (baik kurikulum, sarana parasarana, pengadaan tenaga kependidikan, metode pembelajaran dan sistem evaluasi yang dijalankan). Pendidikan kita lebih banyak menghasilkan manusia-manusia yang mengabdi kepada uang, kedudukan (kemapanan), pendidikan kita juga menjadikan anak-anak kita menjadi manusia yang lemah dan suka meniru daripada berusaha menghasilkan sendiri karya-karyanya.

Apa yang bisa kita harapkan dari kondisi semacam ini dan bagaimana kita bisa keluar dan merubah prospek pendidikan kita?
Jawabannya ada di benak kita masing-masing, terlepas dalam tugas dan posisi apa kita sekarang ini. Hentikan cara-cara saling menyalahkan, pusatkan pendidikan untuk benar-benar membangun manusia Indonesia yang utuh, biaya operasional pendidikan yang telalu banyak terbuang untuk membayar pegawai dan perjalanan dinas sebaiknya dialihkan kepada pemenuhan kebutuhan peserta didik dalam menunjang keberhasilan belajarnya, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah harus benar-benar dapat dijalankan sesuai dengan tujuan dan dasar pengambilan kebijakan itu.

Kurikulum yang selalu berubah-ubah setiap kali pergantian pemimpin, jelas tidak menjamin tercapainya tujuan dasar pendidikan, kecuali hanya sekadar mengejar popularitas dan kemapanan dalam kedudukan yang sekarang. Hentikan proyek penilaian yang terpusat seperti EBTANAS/UAN, karena bentuk evaluasi semacam ini hanya memberikan manfaat yang sedikit bagi peserta didik, peserta didik kita tidak hanya dituntut cerdas secara kognitif namun mereka juga harus cerdas dari segi praktis dengan skill yang mereka miliki. Bukankah banyak peserta didik yang mendapatkan nilai istimewa, sedangkan ia sendiri tidak mampu menerapkan apa yang ia ketahui bagi lingkungannya, ribuan sarjana di cetak dalam setahun dengan nilai di atas rata-rata toh juga jutaan dari mereka menjadi pengangguran. Para praktisi pendidikan kita terlalu disibukkan oleh hingar bingarnya tuntutan kesejahteraan, namun tidak ada satupun dari mereka yang berani berteriak ketika begitu banyak peserta didik yang tidak lulus ujian atau terlalu banyak lulusan mereka yang menjadi pengangguran..!

Mulailah dari rasa saling percaya dan saling menghargai terhadap bidang keilmuan kita masing-masing, kita harus memiliki rasa tanggung jawab yang sama terhadap pendidikan ini, orientasi kita terhadap kemapanan diri hendaknya dirubah kepada kemajuan pendidikan (GURU ADALAH PAHLAWAN TANPA TANDA JASA YANG DAPAT DIGUGU DAN DITIRU.

Insya Alloh, prospek pendidikan kita akan mengalami perubahan yang cukup luar biasa ditahun-tahun mendatang.

sumber :
http://ujian-mid-semester.id.ggkarir.com/_g.php?_g=_lhti_forum&Bid=1054#b