Ketika hidup menjadi beban tak tertanggungkan dan orang tenggelam dalam putus asa, bukan mati, tetapi hiduplah yang ditakuti. Manusia hendak lari dari kenyataan hidup. Hasrat mati mengalahkan hasrat hidup, sehingga bunuh diri adalah sebuah solusi mengakhiri absurditas itu. Albert Camus melihat ketiadaan makna hidup sebagai problem filosofis paling serius.
Sebenarnya jika seseorang menyelidiki kehidupan secara mendalam, ia akan menemukan bahwa yang dicari oleh jiwa adalah mengetahui makna kehidupan. Para saintis mencarinya di dalam dunia ilmu pengetahuan, para artis di dalam seninya, para filosof mencarinya di dalam filsafat. Apapun minat masing-masing orang tentu berbeda-beda, namun kecenderungan yang sebenarnya adalah sama, yaitu menemukan arti atau makna hidup itu. Ini menunjukkan bahwa jiwa datang ke dunia ini adalah untuk tujuan menyadari dan memahami makna kehidupan ini.
Kehidupan adalah hal, cara, yang berhubungan dengan hidup. Makna adalah pemahaman tertentu yang kita ciptakan terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan. Banyak cara tersedia untuk mencapai hidup yang lebih bermakna. Makna itu tidak diciptakan oleh kehidupan atau lingkungan. Kitalah yang diberi hak untuk menciptakan makna atas kehidupan. Karena kita yang menciptakan, maka sifatnya pilihan. Kehidupan bermakna adalah kehidupan yang dinamis, progresif, dan konstruktif. Dasarnya adalah berpikir positif, bersikap positif dan bertindak positif.
Kehidupan kita akan lebih bermakna apabila kita sanggup berpedoman pada sebanyak mungkin filsafat hidup yang positif atau mencerahkan. Memaknai tugas sebagai tantangan akan lebih positif ketimbang memaknainya sebagai tekanan. Setiap orang dan atau kelompok masyarakat memiliki pendapat tersendiri tentang makna hidup. Konsekuensi dari beragamnya pandangan tentang makna hidup itulah yang kemudian ikut membentuk pola pikir dan tindakan yang menghasilkan kebudayaan mereka.
Jean Paul Sartre seorang filosof eksistensialisme yang sering dinyatakan sehaluan dengan Camus menyatakan bahwa manusia adalah apa yang ia cita-citakan, manusia ada sejauh ia merealisasikan dirinya, dan oleh karena itu ia adalah keseluruhan tindakannya. Manusia bukanlah apa-apa, kecuali apa yang dinyatakan oleh hidupnya. Dengan pernyataan ini Sartre ingin menegaskan bahwa eksistensi manusia adalah menyangkut keseluruhan rangkaian usaha-usaha yang ia lakukan dalam hidupnya.
Manusia bukanlah siapa-siapa, selain apa yang diperjuangkan dalam hidupnya. Pernyataan-pernyataan eksistensial ini perlu dipahami dengan baik sebagai dasar untuk memahami kebebasan manusia. Namum, kebebasan bukan berarti ”lepas sama sekali” dari kewajiban dan beban. Kebebasan adalah sesuatu yang erat kaitannya dengan tanggung jawab, dan tidak bisa dipisahkan, dengan kebebasan inilah manusia bereksistensi.
Jadi, bentuk kehidupan manusia yang dapat dipahami adalah bergerak dari satu keinginan ke hasrat yang lain. Mekanismenya adalah, pertama kita akan merasakan keinginan yang besar, hasrat yang besar, tekad yang besar, nafsu yang besar. Kemudian kita akan berusaha untuk mendapatkan hal tersebut, manusia berhasrat untuk memiliki mobil yang mewah, rumah yang indah, pakaian yang indah, kapal pesiar yang megah, istri cantik atau suami tampan, serta anak-anak yang lucu. Karena dengan pencapaian atau pemenuhan hasrat, manusia menampilkan eksistensinya.
Akan tetapi, setelah semua hasrat manusia itu terpenuhi, tiba-tiba manusia merasakan kehampaan, dari berada berubah menjadi ketiadaan. Kebosanan karena pada hakikatnya setelah tercapai hasrat keinginannya, manusia akan membutuhkan keinginan lainnya. Pada gilirannya tujuan akhir manusia akan mengarah kepada hal yang bersifat utopis, sehingga sejarah peradaban manusia tidak akan pernah putus dalam mencapai tujuan hidup yang hakiki atau tujuan akhir dari pemaknaan hidupnya.
Sesungguhnya makna hidup manusia sudah tergambar dimana-mana, dari pengalaman indah, dari pengalaman buruk, dari hubungan dengan istri atau suami dan anak-anak, dari cara kita bekerja sehari-hari, dari cara kita berkendara, dan banyak lagi. Namun karena semua ini hanya bersifat rutinitas, seringkali maknanya terlewati oleh kita dan oleh karena kita perlu kita cari, mencari makna hidup. Yang perlu kita lakukan bukanlah sekedar mencari dan mencari, tapi merubah makna dari setiap kejadian yang sering terlewati jadi sesuatu yang nyata, sesuatu yang kita harapkan, yang kita pelajari, yang kita ambil hikmahnya, dan sesuatu yang kemudian makin menguatkan semangat kita dalam hidup ini.
Sebenarnya jika seseorang menyelidiki kehidupan secara mendalam, ia akan menemukan bahwa yang dicari oleh jiwa adalah mengetahui makna kehidupan. Para saintis mencarinya di dalam dunia ilmu pengetahuan, para artis di dalam seninya, para filosof mencarinya di dalam filsafat. Apapun minat masing-masing orang tentu berbeda-beda, namun kecenderungan yang sebenarnya adalah sama, yaitu menemukan arti atau makna hidup itu. Ini menunjukkan bahwa jiwa datang ke dunia ini adalah untuk tujuan menyadari dan memahami makna kehidupan ini.
Kehidupan adalah hal, cara, yang berhubungan dengan hidup. Makna adalah pemahaman tertentu yang kita ciptakan terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan. Banyak cara tersedia untuk mencapai hidup yang lebih bermakna. Makna itu tidak diciptakan oleh kehidupan atau lingkungan. Kitalah yang diberi hak untuk menciptakan makna atas kehidupan. Karena kita yang menciptakan, maka sifatnya pilihan. Kehidupan bermakna adalah kehidupan yang dinamis, progresif, dan konstruktif. Dasarnya adalah berpikir positif, bersikap positif dan bertindak positif.
Kehidupan kita akan lebih bermakna apabila kita sanggup berpedoman pada sebanyak mungkin filsafat hidup yang positif atau mencerahkan. Memaknai tugas sebagai tantangan akan lebih positif ketimbang memaknainya sebagai tekanan. Setiap orang dan atau kelompok masyarakat memiliki pendapat tersendiri tentang makna hidup. Konsekuensi dari beragamnya pandangan tentang makna hidup itulah yang kemudian ikut membentuk pola pikir dan tindakan yang menghasilkan kebudayaan mereka.
Jean Paul Sartre seorang filosof eksistensialisme yang sering dinyatakan sehaluan dengan Camus menyatakan bahwa manusia adalah apa yang ia cita-citakan, manusia ada sejauh ia merealisasikan dirinya, dan oleh karena itu ia adalah keseluruhan tindakannya. Manusia bukanlah apa-apa, kecuali apa yang dinyatakan oleh hidupnya. Dengan pernyataan ini Sartre ingin menegaskan bahwa eksistensi manusia adalah menyangkut keseluruhan rangkaian usaha-usaha yang ia lakukan dalam hidupnya.
Manusia bukanlah siapa-siapa, selain apa yang diperjuangkan dalam hidupnya. Pernyataan-pernyataan eksistensial ini perlu dipahami dengan baik sebagai dasar untuk memahami kebebasan manusia. Namum, kebebasan bukan berarti ”lepas sama sekali” dari kewajiban dan beban. Kebebasan adalah sesuatu yang erat kaitannya dengan tanggung jawab, dan tidak bisa dipisahkan, dengan kebebasan inilah manusia bereksistensi.
Jadi, bentuk kehidupan manusia yang dapat dipahami adalah bergerak dari satu keinginan ke hasrat yang lain. Mekanismenya adalah, pertama kita akan merasakan keinginan yang besar, hasrat yang besar, tekad yang besar, nafsu yang besar. Kemudian kita akan berusaha untuk mendapatkan hal tersebut, manusia berhasrat untuk memiliki mobil yang mewah, rumah yang indah, pakaian yang indah, kapal pesiar yang megah, istri cantik atau suami tampan, serta anak-anak yang lucu. Karena dengan pencapaian atau pemenuhan hasrat, manusia menampilkan eksistensinya.
Akan tetapi, setelah semua hasrat manusia itu terpenuhi, tiba-tiba manusia merasakan kehampaan, dari berada berubah menjadi ketiadaan. Kebosanan karena pada hakikatnya setelah tercapai hasrat keinginannya, manusia akan membutuhkan keinginan lainnya. Pada gilirannya tujuan akhir manusia akan mengarah kepada hal yang bersifat utopis, sehingga sejarah peradaban manusia tidak akan pernah putus dalam mencapai tujuan hidup yang hakiki atau tujuan akhir dari pemaknaan hidupnya.
Sesungguhnya makna hidup manusia sudah tergambar dimana-mana, dari pengalaman indah, dari pengalaman buruk, dari hubungan dengan istri atau suami dan anak-anak, dari cara kita bekerja sehari-hari, dari cara kita berkendara, dan banyak lagi. Namun karena semua ini hanya bersifat rutinitas, seringkali maknanya terlewati oleh kita dan oleh karena kita perlu kita cari, mencari makna hidup. Yang perlu kita lakukan bukanlah sekedar mencari dan mencari, tapi merubah makna dari setiap kejadian yang sering terlewati jadi sesuatu yang nyata, sesuatu yang kita harapkan, yang kita pelajari, yang kita ambil hikmahnya, dan sesuatu yang kemudian makin menguatkan semangat kita dalam hidup ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buat kemajuan blog ini, tidak ada salahnya untuk meninggalkan komentar sebelum keluar