“Apalah artinya nama,” kata William Shakespeare.
DALAM kehidupan sehari-hari di Indonesia, terutama di kota-kota besar, nama seseorang sering diperlakukan tidak sebagaimana mestinya. Nama dijadikan sebagai anekdot, bahan olok-olok, bahkan akronim. Misalnya, Gatot, merupakan singkatan dari ‘gagal total’, Gunawan sama dengan ‘gundul tapi menawan’, dan Sumoko menjadi ‘selalu omong kosong’.
Fakta lain dalam keseharian, yang entah dimulai sejak kapan—yang jelas merupakan produk asing, tetapi amat tragis, karena sudah menjadi “budaya” di Indonesia—di mana telinga kita akrab dengan sapaan “bos”. Pernah dalam suatu kesempatan Menteri BUMN Sofjan Djalil akan memanggil “bos” kepada direksi BUMN yang dia hafal namanya.
Gara-gara nama sebuah makanan yang dijual di Amerika, yaitu kentang goreng dengan bentuk batang-batang tipis, yang memakai nama french fries, memunculkan perdebatan di Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat. Dua anggotanya Bob Ney dan Welter Jones mengusulkan agar nama penganan itu–karena berbau Perancis–diubah namanya menjadi “freedom fries”. Padahal, orang Perancis sendiri tidak tahu menahu mengenai hal ini.
Walaupun nama seseorang kedengarannya asing atau tidak enak di telinga kita, Dale Carnegie pengarang buku How to Win Friends and Influence People, menuturkan bahwa nama sesorang bagi pemiliknya adalah bunyi yang terindah dalam bahasa apa pun; nama adalah identitas pribadi seseorang.
Sebagai identitas pribadi maka nama merupakan aset yang berharga bagi pemiliknya dan selayaknya kita hargai. Bagaimana caranya? Panggil atau sebutlah nama seseorang dengan nama sebenarnya atau nama aslinya. Orang akan senang apabila dipanggil nama aslinya, demikian juga dengan kita.
Mengingat-ngingat nama seseorang adalah sebuah langkah untuk mengenali orangnya dan sebagai salah satu bentuk perhatian terhadap sesamanya. Menghafal nama semua orang adalah mustahil. Setidaknya, kita harus hafal nama atasan, anak buah, anggota keluarga, kerabat, dan anggota komunitas di mana kita menjadi bagian di dalamnya.
Sistem ingatan atau memori kita, semua disimpan di dalam otak besar. Besar kecilnya otak seseorang tidak banyak berpengaruh terhadap memori, tetapi jumlah lipatan-lipatan lapisan luar di otak yang banyak berpengaruh untuk memori seseorang. Bagaimanapun juga, memori seseorang memang terbatas. Namun, memori bisa dilatih. Semakin aktif kita mengingat banyak hal atau belajar, semakin banyak sel otak kita yang akan teraktifkan.
Ada beberapa kiat untuk mengingat nama orang. Yakni dengan mengasosiasikannya dengan hal-hal positif. Misalnya, Anda berkenalan dengan orang yang bernama Yupiter, maka bisa diasosiasikan dengan sebuah planet. Ingat planet, ingat Yupiter.
Selanjutnya, Carnegie menyampaikan bahwa mengingat nama orang bermanfaat untuk meningkatkan popularitas, membantu dalam bisnis atau profesi, membantu memperoleh teman baru, memberi warna dalam pergaulan, mencegah perasaan malu dengan menaruh perhatian yang tulus terhadap orang lain, serta mempraktikkan Hukum Emas “memperlakukan orang sebagaimana Anda ingin diperlakukan”.
Bagi orang tua di Malaysia, pemberian nama kepada anak-anak diatur oleh negara melalui Departement Pendaftaran Nasional Malaysia. Peraturan ini bertujuan agar tidak digunakan nama-nama yang mempunyai arti tidak pantas. Zani, dalam bahasa Melayu artinya laki-laki pezinah. Sumseng, dalam bahasa China berarti penjahat. Penduduk Malaysia terdiri dari etnis Melayu 64 persen, India 15 persen, dan China 12 persen.
Untuk memberi nama putra-putri dengan nama-nama yang baik Anda tidak perlu pusing karena sekarang sudah tersedia buku-buku yang memuat nama-nama bayi disertai dengan artinya.
Salah satu agama besar menganjurkan memberi nama yang baik kepada anak-anak kita, agar kelak mereka tidak malu menyandang namanya. Salah satu nama yang dianjurkan adalah Hammam, yang bermakna “mempunyai kemauan yang keras”.
Pada dasarnya, manusia membutuhkan perhatian. Untuk itu perlu ditumbuh kembangkan minat mengingat nama orang dan memanggil atau menyapa seseorang dengan nama aslinya, sebagai wujud dari perhatian dan penghargaan. Hal ini akan menimbulkan rasa simpati dan bahagia secara timbal balik.[mar]
* Marsudijono adalah karyawan di Pertamina dan alumnus SPP Angkatan 4. Saat ini, ia sedang menyusun sebuah buku. Ia dapat dihubungi di: muda_abadi@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buat kemajuan blog ini, tidak ada salahnya untuk meninggalkan komentar sebelum keluar