Kamis, 16 Desember 2010

Penduduk miskin Jatim turun 493,29 ribu orang

Surabaya – LJ, Triwulan I atau Maret 2010 Jumlah penduduk miskin Jatim tercatat 5,529 juta orang atau 15,26 persen dari total penduduk Jatim. Ini artinya ada perununan sekitar 493,29 orang dibanding pada Maret 2009 yang mencapai 6,022 juta orang. 

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Irlan Indrocahyo di Kantornya Jl Kendangsari Industri Surabaya, Rabu (4/8) mengatakan, turunnya penduduk miskin selama periode Maret 2009-Maret 2010, merupakan wujud upaya pemerintah dalam meningkatkan daya beli masyarakat. Program-program pengentasan kemiskinan yang digencarkan pemerintah masih serupa dengan tahun-tahun sebelumnya, namun dengan peningkatan jumlah sasaran maka jumlah penduduk miskin terus berkurang.

Program pengentasan kemiskinan yang digulirkan pemerintah, antara lain program PNPM Mandiri Raskin, PKH, BLT, Jamkesmas, BOS, ditambah dengan beberapa program daerah diantaranya Gerdutaskin.
Sementara jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun lebih besar dari pada daerah perdesaan. Selama periode Maret 2009-Maret 2010, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 274,97 ribu, sedangkan di daerah perdesaan hanya berkurang 218,32 ribu orang. Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada Maret 2009, 65,26 persen penduduk miskin sebagaian besar berada di daerah perdesaan, sementara pada bulan Maret 2010 persentase ini mengalami peningkatan menjadi 66,12 persen.
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Selama Maret 2009-Maret 2010, garis kemiskinan naik sebesar 5,85 persen, yaitu dari Rp.188.317,- per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp.199.327,- per kapita pe Maret 2010.
Pada triwulan I Tahun 2009, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 73,51 persen dan menurun menjadi 73,37 persen pada Maret 2010.
Besarnya pengeluaran penduduk tidak lepas dari pengaruh harga komoditi (makanan dan non makanan) pada periode pencacahan. Berdasarkan data inflasi Maret 2009 – Maret 2010 (point to point), angka inflasi Jawa Timur mencapai 3,02 point. Inflasi Maret terjadi karena naiknya harga seluruh kelompok pengeluaran.
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok kretek filter dan gula pasir. Untuk komoditi bukan makanan adalah biaya perumahan dan listrik. Khusus untuk daerah perkotaan, biaya perumahan, biaya listrik, dan biaya pendidikan mempunyai pengaruh yang cukup besar, sementara untuk daerah perdesaan adalah biaya perumahan, biaya listrik dan biaya pembelian kayu bakar.
Pada periode Maret 2009-Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.
Dijelaskan Irlan, untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Garis kemiskinan makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi, yakni padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak dan lainnya.
Garis kemiskinan bukan makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 36 jenis komoditi
Indeks Kedalaman Kemiskinan/Poverty Gap Indeks (P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
Indeks Keparahan Kemiskinan/Poverty Severity Indeks (P2), merupakan ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2010 adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Panel modul konsumsi pada triwulan I Tahun 2010 jumlah sampel nasional sebesar 68.800 Rumah Tangga (RT), sehingga data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buat kemajuan blog ini, tidak ada salahnya untuk meninggalkan komentar sebelum keluar